Jakarta, CNN Indonesia --
Pihak kepolisian tetap memburu pelaku penembakan nan terjadi di jalan raya Kentucky, Amerika Serikat, pada Sabtu (7/9). Pelaku penembakan itu diidentifikasi sebagai Joseph Couch, seorang laki-laki berumur 32 tahun.
"Pencarian telah dilanjutkan dengan support sejumlah lembaga penegak hukum, termasuk pesawat nirawak nan dilengkapi dengan teknologi inframerah," demikian pernyataan Kantor Sheriff Laurel County pada Minggu (8/9), dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak berkuasa juga telah memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai Joseph Couch. Warga diimbau untuk berhati-hati lantaran laki-laki tersebut dianggap "bersenjata dan berbahaya", serta tidak boleh didekati.
Penembakan itu terjadi pada pukul 17.30 waktu setempat di luar kota London nan berada di Kentucky tenggara.
Saat itu, petugas kepolisian mendapatkan laporan bahwa terjadi penembakan kepada sejumlah kendaraan di jalan raya. Tembakan itu juga disebut bukan berasal dari dalam kendaraan.
"Ketika unit kami tiba di tempat kejadian perkara (TKP), mereka memandang beberapa kendaraan diparkir di pinggir jalan dengan lampu darurat menyala, jendela kena tembak, ada lubang peluru nan jelas di kendaraan," kata Deputi Gilbert Acciardo.
[Gambas:Video CNN]
Aksi penembakan tersebut tidak menelan korban jiwa. Namun, terdapat tujuh orang nan mengalami luka parah.
Lima orang kena luka tembak dan imbasnya mengalami beberapa luka nan serius. Salah satunya apalagi kena tembak di wajah. Namun, kelima orang tersebut dalam kondisi stabil.
Sedangkan, dua orang lainnya terluka akibat kecelakaan selama penembakan itu. Kantor sheriff melaporkan total sembilan kendaraan nan terkena peluru.
Penembakan nan dilakukan oleh Joseph Couch itu apalagi membikin jalan raya ditutup selama beberapa jam.
Aksi ini hanya berselang tiga hari setelah terjadi penembakan massal nan menyasar sekolah menengah atas (SMA) di Georgia, AS, pada Rabu (5/9). Empat orang tewas dan sembilan lainnya terluka.
Pelaku, nan merupakan seorang siswa berumur 14 tahun, telah ditahan. Ayahnya pun juga didakwa lantaran diduga memberikan akses terhadap senjata kepada anaknya.
Di negara tersebut, jumlah senjata api lebih banyak daripada jumlah penduduk. Upaya untuk membatasi kewenangan kepemilikan senjata selalu menghadapi perlawanan politik nan keras.
Tahun ini, telah terjadi setidaknya 378 penembakan massal di AS, menurut Arsip Kekerasan Senjata. Setidaknya 11.463 orang telah tewas dalam kekerasan senjata api, menurut GVA.
Dalam beberapa tahun terakhir, senjata api telah menjadi penyebab utama kematian bagi orang Amerika nan berumur antara satu hingga 19 tahun, melampaui kendaraan bermotor, menurut laporan tersebut.
(pra)