Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap penyebab Indonesia mengalami deflasi pada September 2024. Kondisi deflasi ini apalagi sudah bersambung selama 5 bulan berturut-turut sejak Mei 2024.
Airlangga menyatakan bahwa turunnya tingkat inflasi di Indonesia terjadi imbas upaya ekstra pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) untuk mengendalikan nilai komoditas pangan.
"Kalau kita bilang inflasinya turun, deflasi, ya ini lantaran ada extra effort oleh pemerintah menurunkan volatile food," ujar Airlangga dalam aktivitas Sarasehan Kadin Indonesia berbareng Menko Bidang Perekonomian di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (2/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan salah satu upaya pemerintah adalah dengan melakukan impor beras untuk menjaga stok dalam negeri. Airlangga pun menekankan bahwa ketahanan pangan adalah aspek nan krusial dalam menentukan inflasi.
Menurutnya, inflasi volatile food bisa dijaga dengan mengontrol tingkatnya antar daerah. Ia bercerita kala pemerintah pusat mengganti gubernur Gorontalo lantaran karena tidak bisa mengendalikan inflasi daerahnya.
"Daerah nan jelek inflasinya diumumkan agar gubernurnya malu. Bahkan di Gorontalo nan tertinggi itu gubernurnya diganti tiga kali. Nah, ini mumpung tetap plt, bisa dilakukan agar betul-betul bisa serius memerangi inflasi," jelas dia.
"Memerangi inflasi itu adalah antara wilayah penghasil. Misalnya cabai, bawang, dan nan lain," imbuh Airlangga.
Menurutnya, inflasi perlu dijaga dalam kisaran 2,5 plus minus 1 persen agar kondisi perekonomian tetap aman.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi 0,12 persen secara bulanan pada September 2024.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan ini adalah deflasi kelima berturut-turut selama 2024. Kondisi ini terjadi lantaran ada penurunan harga-harga.
"Deflasi nan terjadi dalam lima bulan terakhir terlihat secara umum disumbang oleh penurunan nilai komoditas bergejolak," katanya dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa (1/10).
Ia menyebut deflasi September 2024 menjadi nan terparah dalam lima tahun terakhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
"Secara historis, deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan nan sama dalam lima tahun terakhir, dengan tingkat deflasi sebesar 0,12 persen (month to month/mtm)," ujarnya.
[Gambas:Video CNN]
(del/agt)