Alasan Pertalite dan Pertamax Tak Cocok Dipakai di Mobil Baru

Trending 3 weeks ago

CNN Indonesia

Kamis, 12 Sep 2024 05:55 WIB

Pertalite dan Pertamax tak sesuai spesifikasi Euro 4 sesuai patokan KLHK, sementara mobil baru jenis bensin di Indonesia sudah Euro 4 sejak 2018. Pertalite dan Pertamax tak sesuai spesifikasi Euro 4 sesuai patokan KLHK, sementara mobil baru jenis bensin di Indonesia sudah Euro 4 sejak 2018. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Jakarta, CNN Indonesia --

Pertalite dan Pertamax bukan bahan bakar minyak (BBM) nan cocok untuk mobil baru jenis mesin bensin di Indonesia. Spesifikasi dua BBM ini untuk mobil Euro 2, sedangkan mobil baru bermesin bensin di Indonesia sudah Euro 4 sejak 2018.

Semua mobil bensin nan dijual di Indonesia wajib memenuhi periode pemisah emisi setara Euro 4 sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 20 tahun 2017 mengenai Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak KLHK pernah menyatakan kriteria BBM nan sesuai untuk mobil dengan spesifikasi Euro 4 di Indonesia meliputi kadar oktan (RON) minimal 91, bebas timbal dan kandungan sulfurnya maksimal 50 ppm.

Kriteria di atas jelas tidak sesuai dengan spesifikasi Pertalite nan mempunyai RON 90 dan sulfur maksimal 500 ppm. Sementara Pertamax memenuhi persyaratan dengan RON 92, tetapi kadar sulfurnya tidak lantaran diatur maksimal 500 ppm.

Produk BBM nan paling sesuai Euro 4 saat ini adalah Pertamax Turbo dengan RON 98 dan kandungan sulfur maksimum 50 ppm. Selain itu Pertamax Green 95 nan muncul pada 2023 juga sudah sesuai Euro 4 dengan RON 95 dan sulfur maksimum 50 ppm.

Salah isi BBM

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie menjelaskan selama ini pemilik mobil baru kelahiran 2018 nan mengisi Pertalite alias Pertamax berfaedah salah isi BBM. Dia juga mempertanyakan kenapa BBM bensin Euro 2 tetap dipertahankan di Indonesia saat semua mobil baru sudah Euro 4.

"Tetapi nan sekarang ini, nan asing kan mobil-mobil baru nan standarnya semenjak 2018 itu sudah diproduksi alias diimpor dengan standar Euro 4 tetapi tetap mengisi itu," kata dia seperti diberitakan CNBC Indonesia, Selasa (10/9).

Menurut Jongkie kesalahan pemakaian BBM Euro 2 untuk mobil Euro 4 ini kudu diedukasi ke masyarakat.

"Ini nan kudu didengungkan, ini kan masalahnya Anda tuh selama ini memakai bahan bakar nan salah, untuk mobil Anda, iya kan? Ini kudu didengungkan, dan secara teknis itu memang tidak dibenarkan sebetulnya," kata Jongkie.

(rac/fea)

[Gambas:Video CNN]