Dewi Safitri
Lulus studi Science Tech in Society dari University College London dan sekarang bekerja untuk CNN Indonesia. Penggemar siaran radio dan teka-teka silang.
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi
CNNIndonesia.comJakarta, CNN Indonesia --
Setelah merdeka 79 tahun, kelihatannya baru kali ini satu negara ribut lantaran dipicu oleh urusan corak jendela. Tepatnya jendela pesawat jet Gulfstream 650ER, nan bentuknya bulat bukan lonjong seperti pesawat komersial nan ditumpangi rakyat jelata. Dari 283 juta rakyat Indonesia, hakul percaya hanya ada beberapa gelintir nan bisa membedakan antara rupa-rupa model jendela ini.
Tapi perihal itu tidak menghalangi ribuan orang meluapkan kekesalan dan caci-maki, lantaran jendela tak biasa ini membuka tabir gimana style anak dan menantu presiden saat bepergian. Sialnya ini terjadi di saat ribuan orang mendemo parlemen, menolak RUU nan menguntungkan si anak presiden nan naik jet pribadi itu.
Ihwal jendela membuka tabir jenis pesawat, kemudian spekulasi kenapa naik pesawat itu, dan berikutnya spekulasi bergulir ke segala arah: mulai dari aroma ketek sampai dugaan family presiden memanfaatkan gratifikasi dan menghindari cukai peralatan mewah nan dibeli di luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lucunya, nan membocorkan segala macam indikasi ini bukan siapa-siapa melainkan menantu Presiden sendiri, Erina Gudono. Sudah pasti bukan disengaja untuk membocorkan style hidup apalagi memancing reaksi kritis publik pada Bapak mertuanya.
Istri Kaesang Pangarep, anak bungsu Presiden, itu sedang senang lantaran akhirnya meninggalkan Indonesia memenuhi cita-citanya meneruskan studi di Amerika. "USA here we go" tulis Erina di story Instagram, diikuti emotikon bendera AS.
Postingan ini diletakkan dengan latar jendela bundar dan sayap pesawat di atas awan nan menunjukkan penulisnya tengah terbang di angkasa. Satu unggahan nan sama sekali tak mengandung keanehan, namun kemudian terbukti memicu kehebohan nasional.
Pihak Kaesang dan keluarganya sejauh ini belum memberikan komentar. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) nan dipimpin Kaesang melalui Sekjen Raja Juli Antoni enggan berkomentar lantaran ini masalah pribadi.
Sementara Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Silfester Matutina, mengatakan pemakaian jet pribadi bukan dosa besar. Ia pun mengatakan di dalam pesawat itu juga ada beberapa rekan upaya Kaesang.
Silfester menilai banyak masyarakat nan memakai jet pribadi. Dia pun mempersilakan masyarakat melapor kepada pihak berkuasa jika menemukan bukti penggunaan jet pribadi Kaesang tersebut melanggar undang-undang.
"Menurut saya sih, logikanya sangat mustahil ya. Tapi ya, silakan saja jika ada nan mau menyelidiki lantaran memang Mas Kaesang ini juga seorang pengusaha dan ada temannya di private jet itu mereka memang pengusaha," ujarnya.
Bukan kali pertama
Ini bukan pertama kalinya sebuah post di media sosial, nan nampak wajar dan biasa, kemudian menimbulkan masalah.
Dua peneliti AS, Brady Robards dan Brian Graf, meneliti 312 kasus di AS nan dimuat di media tentang orang nan dipecat lantaran posting di medsos. Hasilnya dipublikasi tahun 2022, dan menyimpulkan bahwa saat ini medsos menjadi riwayat hidup tak resmi nan terbuka dibaca siapa saja. Medsos apalagi dipakai perusahaan menyeleksi pegawai.
Semua jejak digital menjadi penanda untuk memandang kapabilitas kandidat - bagus alias buruk. Temuan studi menunjukkan posting ngaco di medsos menyebabkan orang di-PHK terjadi pada guru, polisi, tenaga kerja bank, jurnalis, dan petugas medis.
Menurut Harvard Business Review, 75% perusahaan melakukan penelusuran medsos semacam ini. 70% menghentikan proses seleksi ketika medsos si calon dianggap tak mencerminkan nilai-nilai nan dianut perusahaan - seperti unggahan rasis, kasar, porno, kriminal, dan seterusnya.
Di Indonesia perihal begini sudah acapkali terjadi. Tahun 2017, di tengah situasi politik nan panas akibat persingan sadis Pilkada Jakarta, dua wartawan masing-masing dari sebuah stasiun televisi swasta dan tabloid olahraga sama-sama dipecat gara-gara tulisan di sosmed. Bukan hanya tulisan baru, apalagi unggahan nan sudah jadi jejak digital bertahun-tahun sebelumnya bisa jadi argumen PHK.
Dua pekan terakhir, para pengguna internet namalain netizen bertindak jadi 'penyelam handal' memeriksa posting politisi nan sedang menjaga gambaran demi maju dalam pemilihan kepala daerah. Korban pertama sudah jatuh. Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jabar nan sedang mengadu peruntungan dalam Pilkada Jakarta, terpaksa merilis twit baru untuk meredam cuitan-cuitan lamanya 13-14 tahun lampau nan tiba-tiba muncul kembali setelah netizen mengoreknya ke permukaan.
Netizen menyebut sebagian cuitan RK seksis, misoginis, dan mesum. Ia mengakui dirinya dulu tidak bijak. "Maafkan saya nan dulu. Mari kita move on." tulisnya.
Pesaing RK di arena cagub Jakarta adalah Pramono Anung, nan cuitan lawasnya juga nongol lagi. Sama, cuitannya juga dipandang seksis dan menjurus porno.
Sekretaris Kabinet itu mengaku hanya berbual melalui kicauannya itu.
"Jadi era di tahun 2010, orang-orang nan bermain Twitter itu eranya adalah era bercanda, seperti TikTok sekarang," kata Pramono di instansi KPU DKI Jakarta, Rabu (28/8).
Pramono menegaskan bahwa cuitan lama nan pernah ditulis tersebut merupakan candaan. Menurutnya, pada masa itu banyak masyarakat nan melakukan perihal serupa.
"Itu pake 'hashtag nyantai ah' dan itu semuanya tentang becandaan nan rame dan saya percaya juga semua pada generasi itu melakukan perihal nan sama. Jadi itulah nan terjadi pada saat itu," jelasnya.
Berikutnya netizen rupanya tetap punya cukup banyak daya untuk menyelam lagi. Kali ini lebih dalam ke beragam platform media sosial lain. Hasilnya muncul beragam rekaman dari 5 sampai 10 tahun lampau dari akun-akun nan dituduhkan warganet milik Wakil Presiden terpilih, sekaligus anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Akun itu dalam beragam postingan, rupanya banyak mencaci dan merundung musuh ayahnya dalam Pilpres 2014 dan 2019. Netizen pun ramai-ramai melaporkan akun-akun tersebut pada akun Prabowo Subianto.
Gibran sejauh ini belum bersuara soal tudingan warganet ini.
Pemakai media sosial di Indonesia saat ini menurut We Are Social mencapai 140 juta jiwa, nyaris separuh dari populasi nasional. Orang Indonesia termasuk pemakai medsos paling aktif di bumi dengan rata-rata 3 jam per hari. Potensi untuk mengunggah sesuatu nan bermasalah, meskipun saat di-posting dianggap 'biasa', menjadi lebih besar. Selain rumor seksis, rasis, misoginis dan pornografis, pemakaian bahasa kasar, umpatan dan caci-maki banyak dianggap wajar, terutama saat dipakai anak muda.
Kampanye pemakaian medsos dengan sehat dan bertanggung jawab belum dilakukan dengan massif - mestinya termasuk dalam mata pelajaran TIK di sekolah. Guru dan orangtua malah biasa mengajarkan pelanggaran patokan medsos, misalnya membikin akun nan mestinya hanya boleh dilakukan minimal usia remaja. Ratusan kasus dilaporkan tiap tahun berangkaian dengan penipuan, penculikan, revenge porn, apalagi pemerkosaan akibat ketidaktahuan tentang medsos dan jejak digital nan berbahaya.
Minggu ini mumpung tetap banyak nan punya perhatian pada misteri jendela bundar pesawat jet di udara, mungkin bisa sekalian kita sundul-sundul pentingnya mengingatkan akibat jejak digital ini terutama kepada anak-anak muda. Karena sekali di-post, selamanya bakal terekspos.
(sur)
[Gambas:Video CNN]