Kemarau Makin Ganas Hajar Pulau Jawa, Hujan Tunggu Oktober

Trending 1 month ago

Jakarta, CNN Indonesia --

Musim kemarau dan akibat kekeringan makin terasa di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa. Bahkan, penduduk di sejumlah wilayah mulai kekurangan air.

Sejumlah kabupaten/kota di Pulau Jawa saat ini menggantungkan pasukan air dari dropping air bersih alias sumber air nan debit airnya makin tiris.

Warga di sediktnya 14 kabupaten/kota di Jawa Tengah terutama di Grobogan, Cilacap dan Pati sudah menikmati kiriman air bersih sejak Mei 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara sebagian lain mencari air ke sumber mata air alias waduk nan makin mini debitnya.

Di Jatim termasuk di Ponorogo, Lamongan, Pacitan, Bojonegoro, Gresik, Magetan, tandus bukan hanya memaksa penduduk menunggu giliran dropping air tetapi juga membikin kandas panen (puso). Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Juni lampau mengumumkan 26 ribu hektar kandas panen akibat kekeringan.

Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan situasi kekeringan diperkirakan bakal terus bersambung sampai Oktober ketika musim hujan kembali ke Indonesia.

"Di Jawa mulai Oktober dan bakal dimulai dari arah barat. Jadi mulai dari Banten, Jabar, Jateng, dan seterusnya," kata Ardhasena saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (3/9).

Antre air di beragam daerah

Di Kecamatan Bungkal Ponorogo, penduduk mengambil air dari satu-satunya sumur di rimba berjarak separuh kilometer dari dusun. Mereka pun kudu rela antre untuk bisa mendapatkan air.

Air hanya cukup untuk makan-minum sementara untuk cuci, kakus dan keperluan lain kudu dilakukan di sungai nan terletak di desa tetangga.

Warga sudah merasakan kekeringan sejak 2-3 bulan terakhir.

"Iya ini cari air sampai ke sini sudah dua bulanan ini. Banyak nan antre jika pagi alias sore. Makanya saya ke sini jika pas agak sunyi agar antri tidak lama," kata Mesinah, nan mengantre air di sendang Mesinah sembari menggendong cucunya kepada kontributor CNN Indonesia di Ponorogo, Jatim.

Sementara di Madiun, pengelola Bendungan Dawuhan memgatakan pasokan air tinggal 30 persen dari kondisi normal. Jika hingga Oktober air tidak bertambah, maka pintu air waduk bakal ditutup untuk menghindari kerusakan gedung bendungan.

Meski tandus tahun ini tidak berakibat seburuk tahun lalu, BMKG telah memperingatkan akibat kekeringan nan cukup parah.

"Meskipun tandus 2024 diprediksi berjalan dengan normal, namun terdapat wilayah nan berpotensi mengalami kekeringan lantaran secara suasana memang mempunyai curah hujan nan rendah," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam paparan suasana awal tahun ini.

(dsf/dmi)

[Gambas:Video CNN]